Menelanjangi Dunia Modeling dalam Film The Neon Demon
Perempuan atau gadis remaja mana yang tidak ingin menjadi seorang model sukses dan terkenal. Banyak yang terobsesi untuk menjadi seorang model karena itu adalah impian mereka. Walaupun begitu dunia modeling kerap dipandang sebelah mata karena dunia tersebut hanya mementingkan fisik dan penampilan semata dan lebih menonjolkan sisi glamor dan hedonisme. Tetapi juga tidak sedikit orang yang tertarik dan berlomba-lomba untuk masuk ke dunia tersebut dan berkiprah di dalamnya. Kali ini saya akan mereview sebuah film horor yang berlatar dunia modeling berjudul The Neon Demon. Film ini dibuat oleh Space Rocket Nation dan Vendian Entertainment serta diedarkan oleh Amazon Studios. Film yang dirilis pada tahun 2016 silam ini disutradarai oleh sutradara asal Denmark, Nicolas Winding Refn, yang sebelumnya juga menyutradarai film Valhalla Rising dan Drive.
Cerita di film
ini berkisah mengenai seorang gadis remaja sebatang kara berumur 16 tahun bernama
Jesse, yang diperankan oleh aktris muda berbakat Elle Fanning, yang juga
membintangi film Maleficent dan Mary Shelley. Dia baru saja datang di kota
Los Angeles dari sebuah kota kecil di negara bagian Georgia untuk mengadu nasib
sebagai model. Dia tinggal di sebuah motel di
kawasan Pasadena yang dijaga oleh manajer motel bernama Hank yang dibintangi
oleh aktor Hollywood papan atas Keanu Reeves, yang juga sukses membintangi
trilogi film The Matrix dan John Wick. Jesse dibantu oleh pacarnya
yang juga seorang fotografer muda bernama Dean, yang diperankan oleh Karl Glusman, dalam membuat portofolio untuk keperluan melamar ke agensi-agensi
model. Setelah pemotretan berlangsung, Jesse berkenalan dengan seorang perias
wajah bernama Ruby, yang diperankan oleh aktris Jena Malone, yang sebelumnya juga
tampil dalam film Sucker Punch dan The Hunger Games: Catching Fire.
Ruby mengajak
Jesse untuk datang ke sebuah pesta dan mengenalkannya dengan dua orang model senior
yaitu Sarah dan Gigi. Sarah diperankan oleh model asal Australia, Abbey Lee,
yang juga tampil dalam film Mad Max: Fury Road dan The Dark Tower, dan Gigi
diperankan oleh aktris Australia Bella Heathcote, yang juga tampil dalam film Fifty Shades Darker. Ruby, Sarah, dan
Gigi adalah tiga orang sahabat. Sarah dan Gigi sangat iri dengan kecantikan
yang dimiliki oleh Jesse dan Ruby merasa bahwa Jesse memiliki ‘sesuatu’ yang
menjadikan dirinya cantik dan istimewa. Gigi juga bercerita bahwa dia melakukan
operasi plastik untuk membuat dirinya terlihat cantik sebagai upaya untuk bertahan
di dunia modeling. Keesokan harinya datanglah Jesse ke sebuah agensi
model terkenal untuk melakukan interview dengan Roberta Hoffman, yang juga
merupakan pemilik agensi model tersebut, yang diperankan oleh aktris Christina Hendricks. Dia memuji Jesse dan meminta Jesse untuk berbohong mengenai usianya
jika ada yang bertanya serta menyuruhnya untuk melakukan pemotretan dengan
fotografer terkenal bernama Jack, yang diperankan oleh Desmond Harrington. Ketika melakukan pemotretan dengan Jack, Jesse bertemu kembali dengan Ruby. Ruby mengatakan bahwa dia siap
membantu Jesse kapanpun.
Seketika, karir
Jesse melesat dengan cepat. Roberto Sarno, seorang perancang busana terkenal
yang diperankan oleh aktor Alessandro Nivola, yang juga tampil dalam film Coco Before Chanel dan You Were Never Really Here, langsung memilih Jesse sebagai model
untuk peragaan busanannya dalam sebuah audisi dan akhirnya Jesse bisa melenggang di runway peragaan busana perancang terkenal tersebut sebagai model penutup pagelaran.
Karena merasa disaingi oleh seorang model muda yang belum berpengalaman dan
juga dihantui oleh rasa takut karena usia mereka yang sudah tidak muda lagi,
Sarah dan Gigi semakin iri terhadap karir Jesse yang melesat dengan cepat
karena justru Jesse lah yang mendapat perhatian dari fotografer dan perancang busana
terkenal. Jesse semakin besar kepala dan sombong dengan karirnya
yang melesat dengan cepat, dia merasa bahwa model-model lain ingin menjadi
seperti dirinya. Bagaimanakah kisah Jesse selanjutnya di dunia modeling? Mampukah
Sarah dan Gigi bertahan di dunia modeling yang penuh dengan kompetisi? Apa
rahasia kecantikan Sarah dan Gigi (serta Ruby) sehingga bisa bersaing dengan
model-model muda? Siapakah Ruby, Sarah, dan Gigi sebenarnya? Silakan menonton filmnya sampai selesai dan kamu pasti akan
terkejut saat mengetahui jawabannya!
Menonton film The Neon Demon bagaikan menonton sebuah hasil karya seni kontemporer dalam bentuk audio visual. Sutradara Nicolas Winding Refn menyutradarai film ini dengan sangat indahnya seperti juga pada film-film lain yang pernah disutradarainya. Dia bukan hanya seorang sutradara tetapi juga seorang seniman. Sinematografi yang begitu memukau dapat kita lihat di film ini. Sang sutradara lebih dominan bermain dengan warna-warna cerah seperti warna merah, biru, dan ungu. Permainan warna yang kontras dan vivid serta intens menjadikan film ini bagaikan instalasi seni visual yang diperlihatkan kepada kita. Mungkin film ini tidak cocok ditonton oleh penderita epilepsi mengingat pada beberapa adegan diperlihatkan kilatan/kedipan cahaya yang sangat intens. Visualisasi yang sangat sempurna dari setiap adegan juga dapat kita lihat di film ini, sehingga para tokoh di film ini tidak perlu banyak melakukan dialog lagi. Walaupun banyak adegan sensual yang mengumbar keindahan dan lekuk tubuh di film ini, tetapi itu semua sesuai dengan tema film ini yaitu dunia modeling yang hanya mementingkan penampilan fisik belaka. Yang menarik juga adalah penggambaran adegan kekerasan yang tidak divisualisasikan secara langsung atau dengan kata lain dilakukan secara tersirat tetapi mampu membuat saya merasa merinding dan sedikit mual. Saya cukup terkejut saat mengetahui bahwa Nicolas Winding Refn adalah seorang yang buta warna serta menderita disleksia dan hal tersebut yang akhirnya membuat saya lebih mengagumi sang sutradara.
Menonton film The Neon Demon bagaikan menonton sebuah hasil karya seni kontemporer dalam bentuk audio visual. Sutradara Nicolas Winding Refn menyutradarai film ini dengan sangat indahnya seperti juga pada film-film lain yang pernah disutradarainya. Dia bukan hanya seorang sutradara tetapi juga seorang seniman. Sinematografi yang begitu memukau dapat kita lihat di film ini. Sang sutradara lebih dominan bermain dengan warna-warna cerah seperti warna merah, biru, dan ungu. Permainan warna yang kontras dan vivid serta intens menjadikan film ini bagaikan instalasi seni visual yang diperlihatkan kepada kita. Mungkin film ini tidak cocok ditonton oleh penderita epilepsi mengingat pada beberapa adegan diperlihatkan kilatan/kedipan cahaya yang sangat intens. Visualisasi yang sangat sempurna dari setiap adegan juga dapat kita lihat di film ini, sehingga para tokoh di film ini tidak perlu banyak melakukan dialog lagi. Walaupun banyak adegan sensual yang mengumbar keindahan dan lekuk tubuh di film ini, tetapi itu semua sesuai dengan tema film ini yaitu dunia modeling yang hanya mementingkan penampilan fisik belaka. Yang menarik juga adalah penggambaran adegan kekerasan yang tidak divisualisasikan secara langsung atau dengan kata lain dilakukan secara tersirat tetapi mampu membuat saya merasa merinding dan sedikit mual. Saya cukup terkejut saat mengetahui bahwa Nicolas Winding Refn adalah seorang yang buta warna serta menderita disleksia dan hal tersebut yang akhirnya membuat saya lebih mengagumi sang sutradara.
Audio, musik,
suara, dan soundtrack yang digunakan
di film ini juga bagaikan suatu karya seni modern yang diciptakan khusus untuk
film ini. Kita sebagai penonton bagaikan dibawa ke alam lain. Lagu Waving Goodbye yang dibawakan oleh
penyanyi Sia juga sangat cocok untuk soundtrack
film ini. Credits title di film ini
menjadi sangat indah ketika diiringi lagu tersebut dan mungkin menjadi credit title yang paling bagus dan
paling indah di antara film-film Hollywood lainnya. Nuansa artistik sangat
kental di film ini berkat audio dan visual yang indah. Sang sutradara berhasil
bereksperimen dengan audio visual di film ini dengan sangat sempurna dan audio
visual tersebut pun juga selaras dengan nuansa dan tema yang ada di film ini,
yaitu dunia modeling dan fashion.
Kita juga bisa
melihat dan merasakan di film ini bahwa segala sesuatunya tidak seperti yang
kita lihat dari luar dan ini terkait dengan karakter dan penokohan serta
visualisasi di film ini. Dapat kita lihat bahwa tokoh utama Jesse memiliki round character. Di awal cerita Jesse
adalah seorang remaja yang lugu dan baik yang berubah seketika menjadi seorang
yang sombong dan besar kepala seiring dengan karirnya yang menanjak. Tokoh Ruby
juga diperlihatkan begitu perhatian terhadap tokoh Jesse di awal film dan
ternyata berubah menjadi obsesi dan bahkan menjadi sangat mengerikan seiring
dengan berjalannya alur cerita. Berikutnya ada juga tokoh pacar Jesse, Dean, yang
divisualisasikan sebagai tokoh dengan raut wajah yang dingin dan terkesan jahat
pada awal kemunculannya di film ini tetapi ternyata Dean adalah tokoh yang baik
terhadap tokoh Jesse. Pada mulanya saya mengira Dean adalah tokoh antagonis di
film ini dan ternyata dugaan saya salah. Kemudian ada juga tokoh fotografer
Jack. Dia digambarkan memiliki raut wajah yang tidak ramah dan terkesan dingin.
Dia digambarkan memanfaatkan dan memperlakukan Jesse sebagai objek pada adegan
sesi pemotretan. Kita mungkin akan menganggap tokoh Jack sebagai predator yang
mengambil keuntungan dari model-model muda yang masih lugu.
Akting dan
penghayatan para pemain di film ini terlihat datar dan tidak ada yang menonjol.
Mungkin dikarenakan naskah film yang terkesan biasa saja dan kurang menonjolkan
ekspresi para pemainnya. Karena seperti yang saya sebutkan sebelumnya film ini ingin menunjukkan bahwa segala sesuatunya tidak seperti
yang kita lihat dan dunia modeling itu hanya indah dari luarnya saja tetapi
kosong, dangkal, jahat, dan kejam di dalamnya. Walaupun begitu akting Elle Fanning yang
memerankan tokoh Jesse patut kita hargai karena aktingnya merupakan reaksi yang
natural sebagai seorang remaja yang baru terjun ke dunia modeling di awal cerita film ini. Jena Malone
yang memerankan tokoh Ruby juga patut kita acungi jempol karena berakting
dengan berani di film ini. Akting Keanu Reeves yang berperan sebagai Hank juga
bisa dibilang lumayan sebagai aktor yang memerankan tokoh berkarakter antagonis walaupun hanya muncul sebentar di film ini.
Reaksi beragam
muncul terkait film ini, ada yang memuji dan ada yang mengkritiknya. Film ini
dikritik karena terkesan hambar, tanpa makna, penuh dengan kepalsuan, dan
terkesan memaksakan beberapa adegan untuk dimasukkan ke dalam cerita. Tetapi
film ini juga dipuji karena audio visualnya yang memukau. Sutradara Nocolas Winding Refn sering berkomentar bahwa dia tidak membuat film untuk membuat
penonton senang atau demi meraih rating tetapi dia membuat film untuk
dikomentari oleh khalayak ramai, baik itu komentar positif atau negatif. Saya
pribadi tidak memandang negatif dunia modeling dan saya menganggap The Neon Demon adalah film yang bagus
dari segi audio visual yang dengan gamblang menggambarkan dunia modeling secara
satir atau sarkasme dan film ini merupakan suatu mahakarya dari sang sutradara
untuk kita para penontonnya.
Trailer:
Link trailer: https://www.youtube.com/watch?v=zdbFznqc8S0
Oleh Riko
Wahyudi, 22 April 2019
0 komentar:
Posting Komentar