Cari Blog Ini

Site Links

About

Featured Posts

Featured Posts

Featured Posts

Site Links

Rabu, 15 Mei 2019

Filled Under:

Review Film Dune

Share

Menambang Rempah dalam Film Dune

Setiap sutradara dan produser film pasti ingin film yang dibuat dan diproduksinya menjadi film laris dan masuk jajaran Box Office serta disambut positif oleh khalayak ramai dan kritikus film. Banyak film yang sebelum perilisannya diprediksi akan meraih Box Office dan menuai banyak keuntungan tetapi setelah penayangannya film tersebut justru tidak sesuai dengan harapan dan menuai banyak kritik. Jika ada yang bertanya kepada saya film tahun 1980-an apa yang diprediksi akan ‘meledak’ tetapi pada kenyataannya gagal total di pasaran. Sebagai pecinta film bergenre fiksi ilmiah atau science fiction saya akan menjawab film Dune. Film ini disutradarai oleh David Lynch, yang juga menyutradarai film Blue Velvet dan Mulholland Drive, dan diproduksi oleh Dino De Laurentiis Corporation serta dirilis oleh Universal Pictures. Film yang dirilis pada tahun 1984 ini diadaptasi dari seri pertama franchise novel fiksi ilmiah terlaris sepanjang masa yang berjudul sama, Dune, karya Frank Herbert.

Image result for dune movie 1984

Film ini dibintangi sederet aktor dan aktris terkenal pada zamannya. Tokoh Lady Jessica diperankan oleh aktris asal Inggris, Francesca Annis, yang juga berperan dalam film King of Thieves. Tokoh Duke Leto Atreides diperankan oleh aktor asal Jerman, Jürgen Prochnow, yang juga tampil dalam film The English Patient dan The Da Vinci Code. Tokoh Paul Atreides diperankan oleh aktor Kyle MacLachlan, yang juga membintangi film The Flinstones dan menjadi pengisi suara di film Inside Out. Tokoh Padishah Emperor Shaddam IV diperankan oleh mendiang aktor asal Puerto Rico, José Ferrer. Tokoh Baron Vladimir Harkonnen diperankan oleh mendiang aktor Kenneth McMillan. Tokoh Reverend Mother Gaius Helen Mohiam diperankan oleh aktris asal Wales, Siân Phillips. Tokoh Gurney Halleck diperankan oleh aktor Inggris Patrick Stewart, yang juga membintangi franchise film Star Trek dan X-Men. Tokoh Chani diperankan oleh aktris Sean Young, yang juga berperan di film Blade Runner dan Dr. Jekyll and Ms. Hyde. Tokoh Thufir Hawat diperankan oleh aktor asal Inggris, Freddie Jones. Tokoh Feyd-Rautha diperankan oleh vokalis dan basis band The Police asal Inggris, Sting, yang juga membintangi film Plenty dan Lock, Stock and Two Smoking Barrels. Tokoh Doctor Wellington Yueh diperankan oleh aktor Dean Stockwell, yang juga bermain dalam film The Mighty McGurk dan Air Force One. Tokoh Piter De Vries diperankan oleh aktor Brad Dourif, yang juga berperan dalam franchise film Chucky, Child’s Play, dan film Halloween. Tokoh Stilgar diperankan oleh aktor Everett McGill. Tokoh Glossu ‘Beast’ Rabban diperankan oleh aktor Paul Smith, yang juga tampil dalam film Red Sonja. Tokoh Princess Irulan diperankan oleh aktris Virginia Madsen, yang juga berperan dalam film Candyman dan The Haunting in Connecticut. Tokoh Alia Atreides diperankan oleh aktris Alicia Witt, yang juga tampil dalam film Two Weeks Notice. Sebenarnya masih banyak lagi aktor dan aktris yang belum disebutkan di sini karena akan terlalu panjang jika disebutkan satu per satu.

Related image

Dikisahkan dalam prolog di film ini bahwa pada tahun 6041 kecerdasan buatan (artificial intelligence), komputer dan mesin mengatur seluruh aspek kehidupan manusia sampai akhirnya manusia diperbudak oleh kecerdasan buatan tersebut. Manusia kemudian melakukan pemberontakan dan memusnahkan semua kecerdasan buatan, komputer, robot, serta mesin yang mengatur kehidupan mereka (saya jadi teringat dengan franchise film Terminator 😊). Setelah kejadian ini manusia mulai mengembangkan kekuatan pikiran serta pengetahuan matematika mereka untuk berkembang dan melarang seluruh penggunaan kecerdasan buatan. Ada dua kelompok besar yang memiliki kekuatan super setelah kejadian itu; perkumpulan (sekte) selir perempuan Bene Gesserit yang dapat membaca pikiran manusia dan mampu berkomunikasi dengan telepati, dan juga pemandu atau navigator perjalanan galaksi (The Galactic Spacing Guild) atau lebih dikenal dengan The Guild yang memiliki kemampuan melakukan perjalanan antar bintang dan galaksi tanpa harus berpindah tempat. Dengan kemampuan ini, The Guild mengatur dan memonopoli perjalanan luar angkasa antar galaksi. Ini semua bisa dilakukan berkat rempah (spice) bernama Melange yang hanya ada di planet Arrakis yang juga dikenal dengan planet Dune. Dengan paparan dan mengonsumsi rempah tersebut manusia dapat berumur panjang, melihat masa depan, membaca pikiran orang lain, meningkatkan kekuatan fisik, serta mampu membengkokkan ruang dan melakukan perjalanan antar bintang dan galaksi tanpa berpindah tempat seperti yang dilakukan oleh The Guild. Maka dari itu rempah Melange menjadi komoditas yang paling berharga di alam jagat raya dan banyak pihak yang ingin menguasainya.

Pada tahun 10.191 (ya, tahun sudah mencapai lima digit angka!) galaksi dikuasai oleh (Kaisar) Padishah Emperor Shaddam IV. Ada empat planet dalam cerita di film ini. Masing-masing planet dikuasai oleh penguasa feodal. Padishah Emperor Shaddam IV dan anak perempuannya Princess Irulan serta pemimpin perkumpulan/sekte selir perempuan Bene Gesserit, Reverend Mother Gaius Helen Mohiam, menguasai planet Kaitain, Keluarga Atreides menguasai planet Caladan, Keluarga Harkonnen menguasai planet Giedi Prime, dan penduduk asli setempat yang disebut dengan Fremen menghuni planet Arrakis atau dikenal juga dengan planet Dune. Di planet Kaitain, atas perintah The Guild, Shaddam menyusun rencana jahat dengan Gaius Helen Mohiam untuk menyingkirkan Duke Leto Atreides dan anaknya, Paul Atreides, dengan memerintahkan mereka untuk menduduki planet Arrakis (Dune) untuk mengambil alih penambangan rempah Melange dari tangan Baron Vladimir Harkonnen. Kemudian Shaddam menyuruh Baron Vladimir Harkonnen untuk menyerang dan menghabisi keluarga Atreides untuk selanjutnya Shaddam menguasai penambangan rempah di planet tersebut. Dengan kata lain Shaddam memanfaatkan ketegangan dan mengadu domba antara Harkonnen dan Atreides karena pada saat itu Harkonnen dan Atreides adalah dua musuh besar yang saling bersaing.



Sementara itu di planet Caladan, keluarga Atreides yang dikepalai oleh Duke Leto Atreides berkuasa bersama selirnya, Lady Jessica, dan putranya, Paul Atreides. Mereka didampingi oleh pembantunya yaitu Thufir Hawat, Doctor Wellington Yueh, dan Gurney Helleck. Paul adalah anak dari Duke Leto dengan Lady Jessica, seorang selir dari sekte Bene Gesserit. Lady Jessica menentang peraturan perkumpulan Bene Gesserit yang mengharuskan pengikut dan anggotanya melahirkan keturunan perempuan. Para anggota perkumpulan Bene Gesserit memiliki kekuatan untuk menentukan jenis kelamin anak yang sedang mereka kandung. Tetapi atas keinginan Duke Leto, Lady Jessica melahirkan anak laki-laki yaitu Paul. Sebagai seorang anak penguasa planet Caladan yang sudah dewasa, Paul harus mengikuti serangkaian latihan fisik bela diri yang dilakukan oleh Gurney Halleck. Gaius Helen Mohiam juga datang dari planet Kaitain ke planet Caladan untuk menguji Paul. Dia ingin mengetahui apakah Paul dapat diperalatnya atau tidak. Helen Mohiam juga ingin mengetahui apakah Paul memiliki kekuatan yang sama dengan anggota perkumpulan selir Bene Gesserit atau tidak dan ternyata Paul memiliki kekuatan tersebut. Helen Mohiam dapat melihat bahwa Paul adalah seorang messiah (Kwisatz Haderach) yang kedatangannya sudah diramalkan oleh kaum Fremen di planet Arrakis.

Planet Arrakis adalah planet gurun tempat rempah Melange ditambang. Menambang rempah Melange adalah suatu hal yang sangat berbahaya karena rempah tersebut dijaga oleh mahluk cacing pasir berukuran raksasa yang buas (Shai-Hulud) dan peka terhadap getaran di permukaan pasir. Cacing raksasa tersebut hidup di dalam gurun pasir dan akan muncul ke permukaan untuk memangsa siapa saja yang berusaha mengambil rempah di planet tersebut. Keluarga Atreides datang bersama dengan para pembantu dan pasukannya ke planet Arrakis tempat mereka menguasai pertambangan rempah Melange. Paparan rempah Melange membuat mata manusia menjadi bersinar biru seperti mata kaum Fremen. Kedamaian tidak berlangsung lama karena Baron Vladimir Harkonnen datang menyerbu untuk merebut planet Arrakis. Dia datang dengan dua orang keponakannya, Feyd-Rautha dan Glossu Rabban, dan juga pembantunya, Piter De Vries, dan juga dibantu oleh pasukan Shaddam. Duke Leto terbunuh dalam kejadian ini sedangkan Paul dan Lady Jessica berhasil melarikan diri ke tempat kaum Fremen di pedalaman dan mereka diterima oleh Stilgar, pemimpin kaum Fremen. Di sini Paul bertemu dengan Chani, seorang perempuan dari kaum Fremen dan mereka saling jatuh cinta. Ternyata Lady Jessica sedang dalam keadaan mengandung dan akhirnya dia melahirkan anak perempuan dari Duke Leto yang diberi nama AliaPaul dan kaum Fremen berusaha menghentikan penambangan rempah Melange dengan menyabotase kendaraan penambang rempah yang sekarang dikuasai oleh Shaddam melalui tangan Harkonnen sehingga produksi rempah Melange menjadi terhambat. Bagaimanakah kisah selanjutnya? Dapatkah Paul melakukan balas dendam terhadap apa yang dilakukan Harkonnen atas perintah Shaddam terhadap ayahnya, Duke Leto? Siapakah yang akan membalaskan dendam tersebut? Dapatkah Paul mengambil alih kekuasaan Harkonnen di planet Arrakis? Untuk mengetahuinya silakan kamu menonton filmnya atau membaca novelnya.

Related image

Sinematografi, visual efek, dan desain produksi di film ini nampaknya jauh dari kata sempurna dan bisa dibilang sangat jelek. Saya menggunakan kata ‘jelek’ karena memang sinematografi film ini sangat mengecewakan untuk sebuah film berbiaya besar. Melihat sinematografi dan spesial efek di film ini bagaikan melihat film-film lawas tahun 1950-an dan 1960-an dan bahkan terkesan seperti film kelas B (B-movie). Nuansa gelap dan kelam kerap menyelimuti pemandangan di film ini. Melihat spesial efek dan visual efek yang ada di film ini seperti melihat spesial efek dan visual efek yang ada di film kartun untuk anak-anak. Peralatan pendukung yang ada di film ini pun juga terkesan jauh dari futuristik. Kendaraan yang ada di planet Arrakis beserta interiornya juga malah terkesan seperti kendaraan dari jaman dahulu. Walaupun begitu penggambaran pesawat/kendaraan luar angkasa yang digunakan The Guild untuk memandu perjalanan antar galaksi sudah lumayan bagus, tetapi tetap saja terlihat seperti film kartun untuk anak-anak. Hal ini mungkin dikarenakan oleh teknologi untuk visual efek dan CGI masih belum berkembang di tahun 1980-an seperti zaman sekarang. Tetapi hal tersebut juga bukan menjadi pembenaran untuk spesial efek dan sinematografi yang tidak bagus.

Desain kostum yang digunakan para tokoh wanita di film ini pada beberapa adegan seperti busana dari abad ke-17 dan 18 atau dengan kata lain bergaya retro yang dapat kita lihat pada saat para tokoh berada di dalam ruangan istana. Saya tidak akan berkomentar mengenai hal ini karena perkembangan busana dan pakaian sering kali kembali ke gaya busana di masa lalu dan mungkin saja gaya berbusana para tokoh di film ini adalah gaya busana yang sekarang kita anggap kuno tetapi menjadi trend kembali di masa yang akan datang. Lalu untuk pakaian pasukan Shaddam yang menyerang planet Arrakis terkesan seperti baju anti bio-hazard dari zaman sekarang dan tidak terkesan futuristik. Sementara itu pakaian pelindung yang dipakai oleh para tokoh di film ini (yang digunakan oleh kaum Fremen) untuk menjelajahi planet Arrakis terlihat cukup kompak dan pas dengan tubuh pemakainya. Pakaian tersebut berwarna gelap dan dilengkapi dengan alat pernafasan yang dihubungkan ke hidung pemakainya dan pakaian tersebut diceritakan mampu memproses kotoran yang dikeluarkan pemakainya. Kemudian penggambaran The Guild di film ini juga bisa dibilang lumayan. Kesan menakutkan sekaligus menjijikkan dapat kita rasakan ketika melihat mahluk tersebut. Mahluk The Guild terlihat seperti kacang tanah! Padahal mahluk tersebut adalah manusia yang bermutasi karena paparan rempah Melange. Efek suara, musik, dan soundtrack di film Dune bisa dibilang lumayan walaupun tidak bisa dibilang bagus. Hal ini ditunjang dengan bantuan musisi grup band Toto yang menciptakan musik dan soundtrack untuk film ini.



Menyaksikan akting para pemain film ini bagaikan menyaksikan akting para pemain teater yang sedang beraksi di panggung. Saya tidak akan menyebut gaya akting seperti ini jelek. Karena justru dengan gaya akting seperti ini bisa menambah kesan ‘besar’ dan ‘megah’ dan dapat mengeluarkan nuansa epik dan kolosal  film ini. Melihat akting para aktor dan aktris di film ini bagaikan melihat film-film kolosal lawas sebelum tahun 1960-an yang berbeda dengan film-film zaman sekarang yang akting para pemain filmnya lebih natural dan tidak dibuat-buat. Walaupun akting para pemain di film ini terkesan teatrikal, tetapi kesan hampa dan tanpa penghayatan masih dapat kita rasakan. Karakter dan penokohan di film ini bisa dibilang biasa saja dan sebagian besar kurang menonjol. Hanya karakter Baron Vladimir Harkonnenlah yang berkesan untuk saya dan terkenang dalam ingatan saya setelah saya menonton film ini. Mendiang aktor Kenneth McMillan sukses memerankan tokoh berkarakter antagonis yang bersemangat dan berapi-api. Dengan suara teriakannya yang keras dan bersemangat serta melayang ke sana kemari membuat saya terkadang tersenyum dan tertawa ketika tokoh Harkonnen muncul di suatu adegan. Seakan terpancar keceriaan di mata tokoh tersebut bagaikan seorang anak kecil.

Jika berbicara mengenai film fiksi ilmiah yang sukses di tahun 1980-an pasti kita akan teringat film-film seperti Star Wars Episode V: The Empire Strikes Back (1980), Star Wars Episode VI: Return of The Jedi (1983), Blade Runner (1982), dan Aliens (1986). Mengapa demikian? Karena film-film tersebut adalah film yang bagus dan setidaknya mampu mencapai ekspektasi sutradara, produser, penonton, maupun kritikus film. Lalu bagaimana dengan film Dune yang merupakan sesama film fiksi ilmiah berbiaya besar? Apakah mungkin dikarenakan cerita di film ini merupakan adaptasi dari sebuah novel dan berseting jauh di masa depan? Menggarap film yang diangkat dari buku atau novel itu tidak sepenuhnya mudah. Mudahnya adalah produser, sutradara, dan/atau penulis naskah tidak perlu susah payah lagi untuk memikirkan ide dan jalan cerita serta karakter dan penokohan karena semua bahan sudah tersedia di dalam cerita buku atau novel yang akan diadaptasi. Sedangkan kesulitannya adalah bagaimana caranya agar ide cerita yang terdapat di dalam buku atau novel tersebut bisa divisualisasikan dengan sempurna dan sesuai dengan ekspektasi para penonton terutama para penonton yang sudah membaca buku atau novelnya. Sudah menjadi bahan perbincangan di kalangan sastrawan, akademisi, dan publik bahwa interpretasi setiap pembaca terhadap suatu buku atau novel itu berbeda-beda, tergantung dari pengalaman, imajinasi, dan fantasi masing-masing pembacanya. Hal inilah yang menjadikan visualisasi dalam film Dune ini seakan-akan menjadi hak prerogatif sang produser, sutradara dan penulis naskah untuk memvisualisasikan adegan di dalam novel menjadi sebuah film dan hal inilah yang mungkin tidak sesuai dengan interpretasi dan ekspektasi para penonton yang sudah membaca novelnya ditambah dengan sinematografi, visual efek, dan desain produksi yang tidak memukau di film ini.

Related image

Awalnya film ini dibuat untuk menyaingi kejayaan trilogi film Star Wars. Rencananya setelah film ini dibuat dan dirilis akan dibuatkan dua film sekuel lagi yang diadaptasi dari franchise novel Dune karya Frank HerbertTetapi rencana tinggallah rencana. Karena kegagalan film Dune yang pertama maka sang produser dan sutradara batal menggarap film sekuelnya. Bahkan saking menyesalnya telah menyutradarai film ini, sutradara David Lynch enggan berkomentar jika ditanya mengenai film ini dan dia memilih untuk diam. Saya berharap dengan kecanggihan visual efek, CGI, serta desain produksi untuk film di masa kini mampu membangkitkan kembali kemegahan dan spirit yang pernah ada di film ini. Semangat yang dulu pernah bangkit dan patah mudah-mudahan dapat dibangkitkan kembali dengan dibuatnya kembali film Dune ke layar lebar. Apakah film hasil reboot/remake ini akan bisa meraup untung dan mencapai ekspektasi para pecinta film fiksi ilmiah dan para pembaca novelnya? Kita lihat saja nanti. 😊

Trailer:






Oleh Riko Wahyudi, 14 Mei 2019



0 komentar:

Posting Komentar

2014 © Movieism
Designed By Templateism | Templatelib