Kisah Pilu Pinokio
Modern dalam Film A.I. Artificial Intelligence
Di masa modern ini kehidupan manusia sudah berkembang dengan pesatnya, terutama di bidang teknologi, salah satunya adalah teknologi robot dan android serta kecerdasan buatan. Manusia menciptakan robot dan android untuk membantu dalam menjalankan aktivitas, pekerjaan, dan kehidupan sehari-hari. Mulai dari melakukan hal yang sederhana sampai dengan pekerjaan yang sangat rumit dapat dilakukan oleh robot dan android dengan kecerdasan buatan yang tertanam di dalamnya. Sudah banyak film science fiction atau fiksi ilmiah yang bercerita mengenai robot dan android yang berlaku selayaknya manusia. Sebut saja seperti film Bicentennial Man, I Robot, franchise film Terminator, Chappie, Ex Machina, dan film-film lainnya. Kali ini saya akan mereview sebuah film besutan sutradara yang sebelumnya menyutradarai film E.T. The Extra-Terresterial dan Jurassic Park dan sudah tidak diragukan lagi kemampuannya, Steven Spielberg. Film ini berjudul A.I. Artificial Intelligence dan diadaptasi dari cerita pendek yang berjudul Supertoys Last All Summer Long karya Brian Aldiss dan film ini dibuat dan dirilis pada tahun 2001 oleh Warner Bros dan DreamWorks.
Cerita di film ini berseting di masa depan ketika
pemanasan global sudah benar-benar terjadi dengan mencairnya es di kutub Bumi
yang menyebabkan naiknya permukaan air laut sehingga menenggelamkan kota-kota di
pesisir termasuk kota New York. Robot dan android sudah menjadi pelengkap kehidupan manusia. Di
masa ini istilah orga (organics)
digunakan untuk menyebut manusia dan mahluk hidup lainnya, sedangkan mecha (mechanics) digunakan untuk menyebut
robot dan android. Allen Hobby, seorang profesor yang memiliki perusahaan robot
Cybertronics, diperankan oleh aktor William Hurt, yang sebelumnya memenangkan piala Oscar di ajang Academy Awards 1986 untuk perannya yang memukau dalam film Kiss of the Spider Woman, ingin
menciptakan robot yang memiliki emosi, mimpi, dan benar-benar bisa mencintai,
layaknya seorang anak yang mencintai orangtuanya, untuk menggantikan peran
seorang anak bagi para orangtua yang tidak memiliki kesempatan untuk memiliki
anak. Beberapa bulan kemudian cerita beralih ke keluarga Swinton, sang ayah,
Henry, yang diperankan oleh aktor Sam Robards, yang juga tampil dalam film American Beauty, bekerja di perusahaan
Cybertronics. Sang ibu, Monica, yang diperankan oleh aktris asal Inggris, Frances O’Connor,
yang juga tampil dalam film The Conjuring 2, dan anak mereka, Martin, yang diperankan oleh aktor
Jake Thomas, yang juga tampil dalam film The Cell dan The Lizzie McGuire Movie.
Martin sedang menderita penyakit yang menyebabkan kelumpuhan dan belum
ditemukan obatnya dan dia akhirnya harus menjalani cryostasis (dibekukan sementara). Henry berhasil mendapatkan robot
keluaran terbaru dari perusahaan tempatnya bekerja, yaitu sebuah robot anak kecil
guna menjadi ‘pengganti’ Martin bagi Monica yang sangat sedih karena kondisi
Martin yang sedang sakit dan tidak dapat bertemu dengannya karena kondisinya
yang sedang dibekukan.
David, ya,
itulah nama robot anak kecil tersebut yang diperankan oleh aktor cilik berbakat
(pada saat film ini dibuat), Haley Joel Osment, yang tampil memukau dalam film The Sixth Sense dan Pay It Forward. Awalnya Monica tidak
menyukai ide Henry untuk ‘menggantikan’ Martin dengan David, tetapi akhirnya
Monica dapat menerima David seperti anaknya sendiri dan David menganggap dan
menyayanginya seperti seorang ibu. Monica juga memberikan David sebuah boneka
robot beruang milik Martin yang diberi nama Teddy. Terjadilah hubungan kasih
sayang ibu dan anak antara Monica dan David. Hal ini tidak berlangsung lama
sampai dengan akhirnya Martin pulih dan kembali ke rumahnya. Martin tidak menganggap
David sebagai seorang saudara tetapi hanyalah sebagai mainan dan robot (mecha)
belaka. Suatu hari Martin meminta sang ibu, Monica, untuk menceritakan kisah
Pinokio. David pun senang dengan dongeng tersebut yang menceritakan kisah
sebuah boneka kayu yang akhirnya dapat menjadi anak manusia sungguhan dengan
bantuan Peri Biru. Martin merasa cemburu karena kini dia bukan ‘anak’ satu-satunya.
Dia berusaha menyingkirkan David dengan berbagai cara. Sampai pada akhirnya
Martin menyuruh temannya untuk ‘menyakiti’ David guna melihat reaksi David
ketika disakiti. Merasa ketakutan, David pun berlindung di balik Martin dan
memeluknya dari belakang dan mereka tercebur ke kolam renang.
Henry dan Monica
mengira David sengaja ingin menenggelamkan Martin. Akhirnya Henry memutuskan
untuk mengembalikan David ke Cybertronics untuk selanjutnya dihancurkan. Monica
pergi membawa David menuju Cybertronics dan berbohong kepadanya bahwa mereka
akan pergi piknik. Di tengah perjalanan Monica berubah pikiran karena tidak
tega untuk menyerahkan David ke Cybertronics dan memutuskan untuk meninggalkan David di hutan bersama dengan boneka robot Teddy. David memohon kepada Monica
agar tidak meninggalkannya dan berjanji dia akan berubah menjadi anak manusia
sungguhan. David merasa ketakutan berada sendirian di tengah hutan dan merasa
sedih karena ‘dibuang’ oleh Monica karena dia bukanlah seorang anak manusia
sungguhan melainkan hanyalah sebuah robot. David bertekad untuk menemukan Peri
Biru agar dapat mengubah dirinya menjadi manusia sungguhan seperti dalam
dongeng Pinokio yang pernah diceritakan Monica kepadanya. Kemudian David bertemu dengan robot bernama Gigolo Joe yang diperankan
oleh aktor Inggris Jude Law, yang juga membintangi film Gattaca dan The Talented Mr. Ripley. Dimulailah perjalanan David yang dibantu oleh Gigolo Joe untuk
mencari Peri Biru. Bagaimanakah kisah perjalanan David selanjutnya? Dapatkah
David menemukan Peri Biru? Apakah David akhirnya dapat menjadi seorang anak manusia
sungguhan? Silakan kamu menonton filmnya sampai akhir untuk mengetahui
jawabannya. Bagi yang sudah membaca cerpen Supertoys Last All Summer Long silakan juga menonton film ini sampai selesai karena ada cerita yang ditambahkan di akhir film ini.
Bagi sebagian
orang film A.I. Artificial Intelligence terasa lama dan membosankan, tetapi
bagi saya justru hal tersebut menunjukkan bagaimana perjalanan panjang David
yang berusaha untuk menjadi manusia seutuhnya. Kisah tentang seorang anak
kecil, yang kebetulan berwujud sebagai robot, yang sangat polos, layaknya
seorang anak kecil, yang mengharapkan cinta dan kasih sayang dari orangtuanya
serta ingin membuktikan bahwa dia juga layak untuk dicintai. Akting yang sangat
memukau dari Haley Joel Osment yang kala itu masih berumur 12 tahun ketika syuting
film berlangsung memang tidak diragukan lagi. Seribu jempol saya berikan
untuknya! Begitu pun halnya dengan Frances O’Connor yang berperan sebagai sang
ibu, Monica. Dia dengan meyakinkan berakting layaknya seperti seorang ibu yang
harus memilih satu di antara dua orang anaknya dan dengan sangat berat hati
‘membuang’ salah satu anaknya tersebut. Kemudian akting aktor Jake Thomas yang
berperan sebagai Martin cukup membuat saya geregetan!
Aktingnya yang sempurna sebagai tokoh berkarakter antagonis yang manipulatif. Dia membuat seolah-olah Davidlah yang ‘jahat’ di mata kedua orangtuanya.
Karakter tersebut mampu membuat tokoh Martin menjadi nyata. Akting Jude Law
yang berperan sebagai robot pemuas hasrat/nafsu, Gigolo Joe, juga sudah
maksimal bagi saya dan mampu mengimbangi akting para aktor dan aktris lainnya
dalam film ini. Semua pemain utama di film ini berakting dengan sempurna!
Steven Spielberg menyutradarai film ini dengan sangat mengesankan. Sinematografi, CGI,
efek visual, dan desain produksi film ini cukup bagus. Teknologi robot, android,
dan kecerdasan buatan digambarkan dengan efek CGI yang luar biasa. Kita dapat
melihat berbagai macam robot dengan berbagai fungsi pada adegan yang
menampilkan tempat pembuangan robot bekas di tengah hutan dan pada adegan Flesh Fair. Robot-robot tersebut
digambarkan dalam keadaan tidak utuh dengan bagian-bagian tubuhnya yang hilang
tetapi masih berfungsi. Berbagai fungsi robot juga ditunjukkan di film ini,
mulai dari yang berfungsi sebagai mainan, seperti boneka robot Teddy yang
selalu menemani David, sampai dengan robot yang memiliki fungsi sebagai pemuas hasrat/nafsu manusia, seperti tokoh robot Gigolo Joe. Permainan warna yang
beragam dan kontrasnya suasana yang ditampilkan dapat kita lihat di film ini.
Penggambaran kota Rouge City, tempat David dan Joe mencari informasi mengenai
Peri Biru, digambarkan sebagai kota ‘hiburan’ bagi orang dewasa yang ramai
dengan warna-warni lampu yang menghiasinya. Menurut saya kota tersebut adalah
definisi dari Cyberpunk, sebuah subgenre
fiksi ilmiah. Penggambaran kota Rouge City tersebut terasa sangat kontras
dengan penggambaran kota selanjutnya di film ini yaitu Man-hattan yang digambarkan
sepi, suram, gelap, gloomy, dan berada di bawah permukaan air laut. Dua jempol saya acungkan untuk sinematografi, CGI,
efek visual, dan desain produksi di film ini.
Walaupun film
A.I. Artificial Intelligence adalah hasil adaptasi dari cerita pendek yang
berjudul Supertoys Last All Summer Long
karya Brian Aldiss tetapi cerita di film ini juga bersumber dari dongeng Petualangan Pinokio (The Adventures of Pinocchio) yang
menceritakan kisah sebuah boneka kayu yang berubah menjadi seorang anak manusia
dengan bantuan Peri Biru karya penulis Italia Carlo Lorenzini atau yang lebih
dikenal dengan nama Carlo Collodi. Film ini memiliki cerita yang bagus mengenai
seorang robot anak yang ingin menjadi manusia untuk mendapatkan kembali cinta orangtuanya. Satu-satunya kelemahan yang ada
di film ini menurut saya adalah cerita di akhir film yang terkesan sangat
dipaksakan. Seakan dipaksakan untuk mengurangi kesan sedih jalan cerita film
ini dan mungkin untuk ‘menyenangkan’ penonton dan membuat penonton tidak
terlalu bersedih dengan jalan ceritanya. Saya tidak akan memberikan spoiler mengenai akhir cerita film ini
tetapi saya akan memberikan spoiler
atau bocoran mengenai siapa sebenarnya tokoh yang muncul di akhir cerita di
film ini. Awalnya saya mengira tokoh tersebut adalah mahluk luar angkasa atau
alien yang datang ke Bumi, kemudian setelah beberapa lama akhirnya saya baru mengetahui ternyata
tokoh tersebut adalah robot (mecha) yang telah berevolusi. Saya memberikan
bocoran ini supaya tidak terjadi kebingungan dan bertanya-tanya seperti halnya
ketika saya pertama kali menonton film ini. Masih bingung? Untuk lebih jelasnya
silakan kamu menonton film ini sampai selesai supaya dapat mengetahui apa yang
saya maksud tersebut.
Banyak yang menganggap A.I. Artificial Intelligence adalah sebuah film bagus dengan ending yang sangat mengecewakan. Walaupun begitu film ini mengajarkan banyak hal kepada kita. Salah satunya adalah tanggung jawab manusia terhadap
apa yang diciptakannya dan terhadap apa yang dimilikinya, apapun itu, baik itu benda mati ataupun mahluk hidup (keluarga, hewan peliharaan, tanaman, dll). Manusia
sudah terlalu jauh dalam menciptakan suatu karya/benda tanpa memikirkan
konsekuensinya. Manusia mampu menciptakan sebuah robot yang berfungsi untuk
mencintainya, tatapi pertanyaannya adalah apakah manusia mampu mencintai
kembali robot tersebut? Kita sering tidak bertanggung jawab atas apa yang telah
kita miliki. Dengan mudahnya menciptakan dan kemudian membuang segala
sesuatunya tanpa memikirkan perasaan ‘sesuatu’ yang dibuang tersebut. Film ini
sangat berkesan bagi saya karena menurut saya film ini adalah film science fiction dengan cerita paling
sedih yang pernah saya tonton, sangat menguras emosi dan air mata. Lima bintang
dari lima bintang!
Trailer:
Link Trailer: https://www.youtube.com/watch?v=oBUAQGwzGk0