Cari Blog Ini

Site Links

About

Featured Posts

Featured Posts

Featured Posts

Site Links

Jumat, 28 Agustus 2020

Review Film A.I. Artificial Intelligence

Kisah Pilu Pinokio Modern dalam Film A.I. Artificial Intelligence

Di masa modern ini kehidupan manusia sudah berkembang dengan pesatnya, terutama di bidang teknologi, salah satunya adalah teknologi robot dan android serta kecerdasan buatan. Manusia menciptakan robot dan android untuk membantu dalam menjalankan aktivitas, pekerjaan, dan kehidupan sehari-hari. Mulai dari melakukan hal yang sederhana sampai dengan pekerjaan yang sangat rumit dapat dilakukan oleh robot dan android dengan kecerdasan buatan yang tertanam di dalamnya. Sudah banyak film science fiction atau fiksi ilmiah yang bercerita mengenai robot dan android yang berlaku selayaknya manusia. Sebut saja seperti film Bicentennial Man, I Robot, franchise film TerminatorChappie
Ex Machina, dan film-film lainnya. Kali ini saya akan mereview sebuah film besutan sutradara yang sebelumnya menyutradarai film E.T. The Extra-Terresterial dan Jurassic Park dan sudah tidak diragukan lagi kemampuannya, Steven Spielberg. Film ini berjudul A.I. Artificial Intelligence dan diadaptasi dari cerita pendek yang berjudul Supertoys Last All Summer Long karya Brian Aldiss dan film ini dibuat dan dirilis pada tahun 2001 oleh Warner Bros dan DreamWorks.

A.I. Artificial Intelligence - New World : Artificial Intelligence

Cerita di film ini berseting di masa depan ketika pemanasan global sudah benar-benar terjadi dengan mencairnya es di kutub Bumi yang menyebabkan naiknya permukaan air laut sehingga menenggelamkan kota-kota di pesisir termasuk kota New York. Robot dan android sudah menjadi pelengkap kehidupan manusia. Di masa ini istilah orga (organics) digunakan untuk menyebut manusia dan mahluk hidup lainnya, sedangkan mecha (mechanics) digunakan untuk menyebut robot dan android. Allen Hobby, seorang profesor yang memiliki perusahaan robot Cybertronics, diperankan oleh aktor William Hurt, yang sebelumnya memenangkan piala Oscar di ajang Academy Awards 1986 untuk perannya yang memukau dalam film Kiss of the Spider Woman, ingin menciptakan robot yang memiliki emosi, mimpi, dan benar-benar bisa mencintai, layaknya seorang anak yang mencintai orangtuanya, untuk menggantikan peran seorang anak bagi para orangtua yang tidak memiliki kesempatan untuk memiliki anak. Beberapa bulan kemudian cerita beralih ke keluarga Swinton, sang ayah, Henry, yang diperankan oleh aktor Sam Robards, yang juga tampil dalam film American Beauty, bekerja di perusahaan Cybertronics. Sang ibu, Monica, yang diperankan oleh aktris asal Inggris, Frances O’Connor, yang juga tampil dalam film The Conjuring 2, dan anak mereka, Martin, yang diperankan oleh aktor Jake Thomas, yang juga tampil dalam film The Cell dan The Lizzie McGuire Movie. Martin sedang menderita penyakit yang menyebabkan kelumpuhan dan belum ditemukan obatnya dan dia akhirnya harus menjalani cryostasis (dibekukan sementara). Henry berhasil mendapatkan robot keluaran terbaru dari perusahaan tempatnya bekerja, yaitu sebuah robot anak kecil guna menjadi ‘pengganti’ Martin bagi Monica yang sangat sedih karena kondisi Martin yang sedang sakit dan tidak dapat bertemu dengannya karena kondisinya yang sedang dibekukan.

David, ya, itulah nama robot anak kecil tersebut yang diperankan oleh aktor cilik berbakat (pada saat film ini dibuat), Haley Joel Osment, yang tampil memukau dalam film The Sixth Sense dan Pay It Forward. Awalnya Monica tidak menyukai ide Henry untuk ‘menggantikan’ Martin dengan David, tetapi akhirnya Monica dapat menerima David seperti anaknya sendiri dan David menganggap dan menyayanginya seperti seorang ibu. Monica juga memberikan David sebuah boneka robot beruang milik Martin yang diberi nama Teddy. Terjadilah hubungan kasih sayang ibu dan anak antara Monica dan David. Hal ini tidak berlangsung lama sampai dengan akhirnya Martin pulih dan kembali ke rumahnya. Martin tidak menganggap David sebagai seorang saudara tetapi hanyalah sebagai mainan dan robot (mecha) belaka. Suatu hari Martin meminta sang ibu, Monica, untuk menceritakan kisah Pinokio. David pun senang dengan dongeng tersebut yang menceritakan kisah sebuah boneka kayu yang akhirnya dapat menjadi anak manusia sungguhan dengan bantuan Peri Biru. Martin merasa cemburu karena kini dia bukan ‘anak’ satu-satunya. Dia berusaha menyingkirkan David dengan berbagai cara. Sampai pada akhirnya Martin menyuruh temannya untuk ‘menyakiti’ David guna melihat reaksi David ketika disakiti. Merasa ketakutan, David pun berlindung di balik Martin dan memeluknya dari belakang dan mereka tercebur ke kolam renang.

World School - Food in Movies - AI: Artificial Intelligence 2001 - YouTube

Henry dan Monica mengira David sengaja ingin menenggelamkan Martin. Akhirnya Henry memutuskan untuk mengembalikan David ke Cybertronics untuk selanjutnya dihancurkan. Monica pergi membawa David menuju Cybertronics dan berbohong kepadanya bahwa mereka akan pergi piknik. Di tengah perjalanan Monica berubah pikiran karena tidak tega untuk menyerahkan David ke Cybertronics dan memutuskan untuk meninggalkan David di hutan bersama dengan boneka robot Teddy. David memohon kepada Monica agar tidak meninggalkannya dan berjanji dia akan berubah menjadi anak manusia sungguhan. David merasa ketakutan berada sendirian di tengah hutan dan merasa sedih karena ‘dibuang’ oleh Monica karena dia bukanlah seorang anak manusia sungguhan melainkan hanyalah sebuah robot. David bertekad untuk menemukan Peri Biru agar dapat mengubah dirinya menjadi manusia sungguhan seperti dalam dongeng Pinokio yang pernah diceritakan Monica kepadanya. Kemudian David bertemu dengan robot bernama Gigolo Joe yang diperankan oleh aktor Inggris Jude Law, yang juga membintangi film Gattaca dan The Talented Mr. Ripley. Dimulailah perjalanan David yang dibantu oleh Gigolo Joe untuk mencari Peri Biru. Bagaimanakah kisah perjalanan David selanjutnya? Dapatkah David menemukan Peri Biru? Apakah David akhirnya dapat menjadi seorang anak manusia sungguhan? Silakan kamu menonton filmnya sampai akhir untuk mengetahui jawabannya. Bagi yang sudah membaca cerpen Supertoys Last All Summer Long silakan juga menonton film ini sampai selesai karena ada cerita yang ditambahkan di akhir film ini. 

Bagi sebagian orang film A.I. Artificial Intelligence terasa lama dan membosankan, tetapi bagi saya justru hal tersebut menunjukkan bagaimana perjalanan panjang David yang berusaha untuk menjadi manusia seutuhnya. Kisah tentang seorang anak kecil, yang kebetulan berwujud sebagai robot, yang sangat polos, layaknya seorang anak kecil, yang mengharapkan cinta dan kasih sayang dari orangtuanya serta ingin membuktikan bahwa dia juga layak untuk dicintai. Akting yang sangat memukau dari Haley Joel Osment yang kala itu masih berumur 12 tahun ketika syuting film berlangsung memang tidak diragukan lagi. Seribu jempol saya berikan untuknya! Begitu pun halnya dengan Frances O’Connor yang berperan sebagai sang ibu, Monica. Dia dengan meyakinkan berakting layaknya seperti seorang ibu yang harus memilih satu di antara dua orang anaknya dan dengan sangat berat hati ‘membuang’ salah satu anaknya tersebut. Kemudian akting aktor Jake Thomas yang berperan sebagai Martin cukup membuat saya geregetan! Aktingnya yang sempurna sebagai tokoh berkarakter antagonis yang manipulatif. Dia membuat seolah-olah Davidlah yang ‘jahat’ di mata kedua orangtuanya. Karakter tersebut mampu membuat tokoh Martin menjadi nyata. Akting Jude Law yang berperan sebagai robot pemuas hasrat/nafsu, Gigolo Joe, juga sudah maksimal bagi saya dan mampu mengimbangi akting para aktor dan aktris lainnya dalam film ini. Semua pemain utama di film ini berakting dengan sempurna!

A.I. Artificial Intelligence - Is A.I. Artificial Intelligence on Netflix -  FlixList

Steven Spielberg menyutradarai film ini dengan sangat mengesankan. Sinematografi, CGI, efek visual, dan desain produksi film ini cukup bagus. Teknologi robot, android, dan kecerdasan buatan digambarkan dengan efek CGI yang luar biasa. Kita dapat melihat berbagai macam robot dengan berbagai fungsi pada adegan yang menampilkan tempat pembuangan robot bekas di tengah hutan dan pada adegan Flesh Fair. Robot-robot tersebut digambarkan dalam keadaan tidak utuh dengan bagian-bagian tubuhnya yang hilang tetapi masih berfungsi. Berbagai fungsi robot juga ditunjukkan di film ini, mulai dari yang berfungsi sebagai mainan, seperti boneka robot Teddy yang selalu menemani David, sampai dengan robot yang memiliki fungsi sebagai pemuas hasrat/nafsu manusia, seperti tokoh robot Gigolo Joe. Permainan warna yang beragam dan kontrasnya suasana yang ditampilkan dapat kita lihat di film ini. Penggambaran kota Rouge City, tempat David dan Joe mencari informasi mengenai Peri Biru, digambarkan sebagai kota ‘hiburan’ bagi orang dewasa yang ramai dengan warna-warni lampu yang menghiasinya. Menurut saya kota tersebut adalah definisi dari Cyberpunk, sebuah subgenre fiksi ilmiah. Penggambaran kota Rouge City tersebut terasa sangat kontras dengan penggambaran kota selanjutnya di film ini yaitu Man-hattan yang digambarkan sepi, suram, gelap, gloomy, dan berada di bawah permukaan air laut. Dua jempol saya acungkan untuk sinematografi, CGI, efek visual, dan desain produksi di film ini.

Walaupun film A.I. Artificial Intelligence adalah hasil adaptasi dari cerita pendek yang berjudul Supertoys Last All Summer Long karya Brian Aldiss tetapi cerita di film ini juga bersumber dari dongeng Petualangan Pinokio (The Adventures of Pinocchio) yang menceritakan kisah sebuah boneka kayu yang berubah menjadi seorang anak manusia dengan bantuan Peri Biru karya penulis Italia Carlo Lorenzini atau yang lebih dikenal dengan nama Carlo Collodi. Film ini memiliki cerita yang bagus mengenai seorang robot anak yang ingin menjadi manusia untuk mendapatkan kembali cinta orangtuanya. Satu-satunya kelemahan yang ada di film ini menurut saya adalah cerita di akhir film yang terkesan sangat dipaksakan. Seakan dipaksakan untuk mengurangi kesan sedih jalan cerita film ini dan mungkin untuk ‘menyenangkan’ penonton dan membuat penonton tidak terlalu bersedih dengan jalan ceritanya. Saya tidak akan memberikan spoiler mengenai akhir cerita film ini tetapi saya akan memberikan spoiler atau bocoran mengenai siapa sebenarnya tokoh yang muncul di akhir cerita di film ini. Awalnya saya mengira tokoh tersebut adalah mahluk luar angkasa atau alien yang datang ke Bumi, kemudian setelah beberapa lama akhirnya saya baru mengetahui ternyata tokoh tersebut adalah robot (mecha) yang telah berevolusi. Saya memberikan bocoran ini supaya tidak terjadi kebingungan dan bertanya-tanya seperti halnya ketika saya pertama kali menonton film ini. Masih bingung? Untuk lebih jelasnya silakan kamu menonton film ini sampai selesai supaya dapat mengetahui apa yang saya maksud tersebut.

Everybody Runs: Spielberg's Running Man Trilogy | by Paul Bullock | From  Director Steven Spielberg | Medium

Banyak yang menganggap A.I. Artificial Intelligence adalah sebuah film bagus dengan ending yang sangat mengecewakan. Walaupun begitu film ini mengajarkan banyak hal kepada kita. Salah satunya adalah tanggung jawab manusia terhadap apa yang diciptakannya dan terhadap apa yang dimilikinya, apapun itu, baik itu benda mati ataupun mahluk hidup (keluarga, hewan peliharaan, tanaman, dll). Manusia sudah terlalu jauh dalam menciptakan suatu karya/benda tanpa memikirkan konsekuensinya. Manusia mampu menciptakan sebuah robot yang berfungsi untuk mencintainya, tatapi pertanyaannya adalah apakah manusia mampu mencintai kembali robot tersebut? Kita sering tidak bertanggung jawab atas apa yang telah kita miliki. Dengan mudahnya menciptakan dan kemudian membuang segala sesuatunya tanpa memikirkan perasaan ‘sesuatu’ yang dibuang tersebut. Film ini sangat berkesan bagi saya karena menurut saya film ini adalah film science fiction dengan cerita paling sedih yang pernah saya tonton, sangat menguras emosi dan air mata. Lima bintang dari lima bintang!

Trailer:





Oleh Riko Wahyudi, 28 Agustus 2020

Sabtu, 22 Agustus 2020

Review Film The Time Machine



Menjelajah Waktu dalam Film The Time Machine

Halo semua! Senang rasanya bisa menulis review lagi setelah sekian lama vakum. Ada banyak kejadian dan peristiwa-peristiwa besar di dunia ini yang ternyata berpengaruh besar terhadap dunia perfilman. Oleh karena suatu peristiwa besar maka cerita dan/atau adegan (scene) di dalam film yang sudah dibuat sebelum peristiwa tersebut terjadi bisa saja dihilangkan dan/atau diubah sebelum perilisannya untuk meminimalisir kenangan buruk, rasa tidak nyaman, ataupun menghindari protes dan kecaman dari khalayak ramai. Tidak jarang juga perilisan film tersebut diundur akibat sebuah peristiwa besar tersebut. Tentu saja banyak film di tahun 2020 ini yang perilisannya ditunda dikarenakan pandemi Covid-19. Akan tetapi kali ini saya akan membahas sebuah film dari tahun 2002 silam. Ya, kali ini saya akan membahas sebuah film yang bertemakan penjelajahan waktu yang berjudul The Time Machine. Film ini diadaptasi dari sebuah novel terkenal karya H. G. Wells dengan judul yang sama, The Time Machine.  Film ini disutradarai oleh Simon Wells yang tidak lain adalah cicit dari penulis novel tersebut. Sebelumnya pada tahun 1960 sudah ada film berjudul sama yang diangkat dari novel ini. Film yang dirilis tahun 2002 ini dibuat dan dirilis oleh Warner Bros dan DreamWorks.


It's About Spooky Time: “The Time Machine” 2002: Under-Appreciated ...

Cerita di film ini bermula pada tahun 1899 di kota New York ketika seorang ilmuwan yang juga seorang dosen di Colombia University, Alexander 'Alex' Hartdegen, yang diperankan oleh aktor Australia kelahiran Inggris, Guy Pearce, yang juga membintangi film Memento dan Prometheus, berusaha menemukan sebuah mesin penjelajah waktu. Dipicu oleh rasa sedih dan kehilangan akibat kematian sang kekasih yang akan dilamarnya, Emma, yang diperankan oleh aktris Inggris, Sienna Guillory, yang juga membintangi franchise film Resident Evil, Alex akhirnya dapat menyelesaikan mesin waktu ciptaannya beberapa tahun kemudian. Dia berusaha memperbaiki dan mengubah masa lalu untuk menyelamatkan Emma dari kematian dengan cara berkelana ke masa lalu dengan mesin waktu tersebut. Walaupun Alex sudah beberapa kali mencoba menyelamatkan Emma tetapi kematian tetap merenggutnya. Alex pun sadar bahwa dia tidak dapat mengubah masa lalu.

Alex memutuskan untuk berkelana ke masa depan guna mencari jawaban. Mesin waktu yang dikendarainya berhenti di tahun 2030. Di tahun ini manusia sedang menyiapkan koloni di Bulan. Dia masuk ke Perpustakaan Umum New York dan bertanya mengenai teori penjelajahan waktu kepada sebuah hologram virtual bernama Vox 114 yang diperankan oleh aktor Amerika Serikat, Orlando Jones, yang juga tampil dapal film Evolution. Alex tidak mendapat jawaban yang diinginkannya dan Vox mengatakan bahwa penjelajahan waktu mustahil dilakukan. Merasa tidak puas, Alex pun berkelana dengan mesin waktu ke masa depan dan sampailah dia di tahun 2037. Dia mendapati bahwa Bulan sedang terbelah dan hancur menjadi berkeping-keping dan keluar dari orbitnya akibat kegiatan manusia melakukan penambangan di Bulan. Serpihan Bulan berjatuhan dari angkasa ke Bumi dan terjadi kekacauan di New York, tempat Alex berada saat itu. Orang-orang berlarian mencari tempat perlindungan di bawah tanah. Alex berhasil masuk ke mesin waktu ciptaannya tetapi hantaman serpihan Bulan membuatnya tidak sadar dan secara tidak sengaja menjalankan mesin waktu jauh ke masa depan.


The Time Machine (2002) HD Wallpaper | Background Image ...

Setelah lama tidak sadarkan diri Alex pun terbangun dan menghentikan mesin waktu yang dikendarainya. Ternyata dia telah berada di tahun 802.701! Ya, dia telah berkelana ratusan ribu tahun ke masa depan! Di masa ini manusia telah berubah menjadi seperti manusia di zaman prasejarah dan berbicara dengan bahasa yang tidak dimengerti Alex. Tidak ada teknologi tinggi dan semua seperti kembali seperti di masa lalu. Mereka menyebut diri mereka dengan sebutan Eloi. Mereka hidup dengan damai dan membangun tempat tinggal di sisi-sisi jurang. Salah satu dari mereka (Eloi) dapat berbahasa Inggris dan dapat berkomunikasi dengan Alex. Dia adalah Mara yang diperankan oleh Samantha Mumba, penyanyi asal Irlandia keturunan Zambia yang terkenal dengan lagunya yang berjudul Baby Come on Over dan Body 2 Body. Tanpa Alex ketahui ternyata ada spesies mahluk ganas yang menjadikan para Eloi sebagai makanan mereka. Mereka tinggal di gua-gua di bawah tanah. Mereka adalah Morlocks. Bentuk tubuh mereka menyerupai kera yang bertubuh kekar. Pada saat Alex sedang melihat mesin waktunya, para Morlocks menyerang dan menangkap Eloi dan membawa pergi beberapa Eloi, termasuk Mara, ke tempat mereka di bawah tanah. Dapatkah Alex menyelamatkan Mara? Bagaimanakan nasib para Eloi selanjutnya? Dari manakah para Morlocks dan Eloi sebenarnya berasal? Silakan menonton filmnya sampai selesai dan kamu pasti akan mengetahui jawabannya.

Akting Guy Pearce di film ini tidak perlu diragukan lagi. Peran tokoh Alexander Hartdegen dilakoninya dengan baik. Dia mampu menunjukkan karakternya sebagai seorang ilmuwan dan penemu yang tertarik dengan penjelajahan waktu di film ini. Samantha Mumba yang pada saat itu dikenal sebagai penyanyi pop juga turut berakting di film ini sebagai Mara. Aktingnya bisa dibilang biasa saja. Mungkin dikarenakan pengalamannya berakting yang belum cukup. Walaupun demikian karakter tokoh Mara sangat penting bagi kelangsungan cerita di film ini. Tanpa kehadirannya mungkin tokoh Alex akan mengalami kesulitan berkomunikasi dengan bangsa Eloi. Turut juga tampil di film ini aktor kawakan asal Inggris yang juga tampil dalam film Kafka dan Batman v Superman: Dawn of Justice, Jeremy Irons. Dia berperan sebagai Über-Morlock di film ini. Aktingnya sebagai tokoh berkarakter antagonis di film ini tidak perlu diragukan lagi.


Steampunk Time Sleds | The Time Travel Nexus
Sinematografi, visualisasi serta desain produksi yang detail dan sempurna pada seting di awal film ini dapat kita lihat dengan jelas. Visualisasi yang apik untuk akhir abad 19 dan awal abad 20 dapat kita lihat salah satunya adalah penggambaran busana yang dipakai para pemain dan tokoh di film ini. Kemudian juga pada satu adegan diperlihatkan orang-orang begitu kagum dan penuh rasa ingin tahu ketika melihat kendaraan yang belum pernah mereka lihat sebelumnya yang tidak lain dan tidak bukan adalah mobil generasi awal yang pada waktu itu masih sangat jarang sekali. Kemudian mengenai tampilan mesin waktu ciptaan Alex saya rasa sudah cocok untuk sebuah mesin yang diciptakan pada akhir abad 19. Mesin ini memiliki 1 kursi di bagian tengahnya dan tuas untuk mengendalikannya serta bagian-bagian yang dapat berputar di bagian belakang dan depannya dan mengeluarkan cahaya ketika berputar pada saat dioperasikan. 

Desain tempat tinggal kaum Eloi juga sangat unik dan indah bagaikan sarang burung walet yang menempel di dinding tebing dan jurang. Tempat tinggal tersebut terlihat seperti terbuat dari rangkaian bambu, kayu, dan bahan-bahan alami yang berasal tumbuh-tumbuhan lainnya. Penampilan Morlocks yang menggunakan make-up prostetik bisa dibilang terlihat kaku tetapi walaupun begitu tetap mampu menggambarkan sebuah mahluk yang buas, sangar, kuat, dan menakutkan. Efek visual dan CGI di film ini sudah bagus untuk film pada zamannya. Kita dapat melihat perubahan gaya busana dan perubahan lanskap serta formasi permukaan Bumi di setiap zaman yang dilewati oleh tokoh Alex ketika dia berada di dalam mesin waktu. Akan tetapi efek visual dan CGI di akhir cerita di film ini terkesan kurang sempurna dan terkesan seadanya. Efek visual, CGI dan spesial efek yang belum terlihat “halus” dapat kita lihat di akhir film ini.

Hampir 90% kekuatan yang membangun sebuah nuansa pada adegan dan yang membangkitkan emosi penonton dalam sebuah film ada pada musik, soundtrack, dan score. Musik, soundtrack, dan score The Time Machine bisa dibilang bagus. Soundtrack yang berjudul Eloi dan The Stone Language karya komposer Klaus Badelt terasa sangat pas untuk film ini! Soundtrack tersebut terdengar dan memiliki kesan ceria, damai, tradisional dan surreal yang sangat cocok sekali untuk menggambarkan kaum Eloi.

Mengenai peristiwa besar yang saya sebut di atas, kira-kira peristiwa besar apakah gerangan? Ya, tebakanmu benar! Peristiwa yang dimaksud adalah serangan 11 September tahun 2001 atau yang lebih dikenal dengan peristiwa 9/11. Pada peristiwa tersebut sekelompok orang membajak empat pesawat di Amerika Serikat untuk kemudian ditabrakkan ke objek-objek vital di Negeri Paman Sam. Dua di antara pesawat tersebut menabrak menara kembar World Trade Center (WTC) di kota New York yang mengakibatkan ribuan orang meninggal dunia. Lalu apa hubungannya dengan film The Time Machine kali ini? Pada saat peristiwa serangan 11 September tersebut terjadi film ini sudah selesai dibuat. Rencananya film ini akan dirilis pada bulan Desember tahun 2001. Akan tetapi karena peristiwa tersebut maka perilisan film ini ditunda ke bulan Maret tahun 2002. Peristiwa tersebut juga membuat diubahnya satu adegan (scene) di film ini. Pada satu adegan ketika serpihan Bulan berjatuhan di kota New York, digambarkan menara kembar WTC hancur terkena hantaman serpihan Bulan. Maka setelah peristiwa tersebut terjadi, sutradara dan produser film segera membuang dan mengganti adegan tersebut dengan adegan guncangan gempa yang terjadi pada saat serpihan Bulan menghujani kota New York. Agak janggal memang dan terkesan tidak nyambung! Tapi itulah hasil akhir dari film yang akhirnya dirilis pada bulan Maret tahun 2002 silam. Maaf apabila sudah membangkitkan kenangan pahit peristiwa serangan 11 September 2001 dan juga sudah memberikan spoiler.

12 The Time Machine (2002) HD Wallpapers | Background Images ...

Apa saja bisa terjadi dengan tiba-tiba dan mengubah jalan hidup seseorang ataupun umat manusia. Seperti halnya pandemi Covid-19 yang sedang melanda dunia saat ini. Rencana dan impian yang sudah direncanakan sejak lama seketika hancur berantakan karena kejadian atau peristiwa buruk yang terjadi pada kita. Kita bisa memilih untuk menyikapi hal ini. Memilih untuk menjadi seperti tokoh Alex, yang berusaha mengubah masa lalu dan pergi ke masa depan untuk mencari jawaban dan terjebak dalam pahitnya kenangan masa lalu, ataukah memilih untuk tetap menjalani kehidupan kita saat ini sembari maju dan menatap masa depan serta belajar dari pahitnya peristiwa yang kita alami. Hal buruk bisa saja menimpa kita tetapi kita tidak boleh membiarkan hal buruk tersebut menghentikan kita untuk melangkah maju ke masa depan yang lebih baik. Kita tidak dapat mengubah masa lalu tetapi kita dapat membuat masa depan yang lebih baik. Pilihan ada di tangan kita.

Trailer:






Oleh Riko Wahyudi, 22 Agustus 2020

2014 © Movieism
Designed By Templateism | Templatelib