Cari Blog Ini

Site Links

About

Featured Posts

Featured Posts

Featured Posts

Site Links

Senin, 22 April 2019

Review Film The Neon Demon


Menelanjangi Dunia Modeling dalam Film The Neon Demon

Perempuan atau gadis remaja mana yang tidak ingin menjadi seorang model sukses dan terkenal. Banyak yang terobsesi untuk menjadi seorang model karena itu adalah impian mereka. Walaupun begitu dunia modeling kerap dipandang sebelah mata karena dunia tersebut hanya mementingkan fisik dan penampilan semata dan lebih menonjolkan sisi glamor dan hedonisme. Tetapi juga tidak sedikit orang yang tertarik dan berlomba-lomba untuk masuk ke dunia tersebut dan berkiprah di dalamnya. Kali ini saya akan mereview sebuah film horor yang berlatar dunia modeling berjudul The Neon Demon. Film ini dibuat oleh Space Rocket Nation dan Vendian Entertainment serta diedarkan oleh Amazon Studios. Film yang dirilis pada tahun 2016 silam ini disutradarai oleh sutradara asal Denmark, Nicolas Winding Refn, yang sebelumnya juga menyutradarai film Valhalla Rising dan Drive.

Related image

Cerita di film ini berkisah mengenai seorang gadis remaja sebatang kara berumur 16 tahun bernama Jesse, yang diperankan oleh aktris muda berbakat Elle Fanning, yang juga membintangi film Maleficent dan Mary Shelley. Dia baru saja datang di kota Los Angeles dari sebuah kota kecil di negara bagian Georgia untuk mengadu nasib sebagai model. Dia tinggal di sebuah motel di kawasan Pasadena yang dijaga oleh manajer motel bernama Hank yang dibintangi oleh aktor Hollywood papan atas Keanu Reeves, yang juga sukses membintangi trilogi film The Matrix dan John Wick. Jesse dibantu oleh pacarnya yang juga seorang fotografer muda bernama Dean, yang diperankan oleh Karl Glusman, dalam membuat portofolio untuk keperluan melamar ke agensi-agensi model. Setelah pemotretan berlangsung, Jesse berkenalan dengan seorang perias wajah bernama Ruby, yang diperankan oleh aktris Jena Malone, yang sebelumnya juga tampil dalam film Sucker Punch dan The Hunger Games: Catching Fire.

Related image

Ruby mengajak Jesse untuk datang ke sebuah pesta dan mengenalkannya dengan dua orang model senior yaitu Sarah dan Gigi. Sarah diperankan oleh model asal Australia, Abbey Lee, yang juga tampil dalam film Mad Max: Fury Road dan The Dark Tower, dan Gigi diperankan oleh aktris Australia Bella Heathcote, yang juga tampil dalam film Fifty Shades Darker. Ruby, Sarah, dan Gigi adalah tiga orang sahabat. Sarah dan Gigi sangat iri dengan kecantikan yang dimiliki oleh Jesse dan Ruby merasa bahwa Jesse memiliki ‘sesuatu’ yang menjadikan dirinya cantik dan istimewa. Gigi juga bercerita bahwa dia melakukan operasi plastik untuk membuat dirinya terlihat cantik sebagai upaya untuk bertahan di dunia modeling. Keesokan harinya datanglah Jesse ke sebuah agensi model terkenal untuk melakukan interview dengan Roberta Hoffman, yang juga merupakan pemilik agensi model tersebut, yang diperankan oleh aktris Christina Hendricks. Dia memuji Jesse dan meminta Jesse untuk berbohong mengenai usianya jika ada yang bertanya serta menyuruhnya untuk melakukan pemotretan dengan fotografer terkenal bernama Jack, yang diperankan oleh Desmond HarringtonKetika melakukan pemotretan dengan Jack, Jesse bertemu kembali dengan Ruby. Ruby mengatakan bahwa dia siap membantu Jesse kapanpun.

Seketika, karir Jesse melesat dengan cepat. Roberto Sarno, seorang perancang busana terkenal yang diperankan oleh aktor Alessandro Nivola, yang juga tampil dalam film Coco Before Chanel dan You Were Never Really Here, langsung memilih Jesse sebagai model untuk peragaan busanannya dalam sebuah audisi dan akhirnya Jesse bisa melenggang di runway peragaan busana perancang terkenal tersebut sebagai model penutup pagelaran. Karena merasa disaingi oleh seorang model muda yang belum berpengalaman dan juga dihantui oleh rasa takut karena usia mereka yang sudah tidak muda lagi, Sarah dan Gigi semakin iri terhadap karir Jesse yang melesat dengan cepat karena justru Jesse lah yang mendapat perhatian dari fotografer dan perancang busana terkenal. Jesse semakin besar kepala dan sombong dengan karirnya yang melesat dengan cepat, dia merasa bahwa model-model lain ingin menjadi seperti dirinya. Bagaimanakah kisah Jesse selanjutnya di dunia modeling? Mampukah Sarah dan Gigi bertahan di dunia modeling yang penuh dengan kompetisi? Apa rahasia kecantikan Sarah dan Gigi (serta Ruby) sehingga bisa bersaing dengan model-model muda? Siapakah Ruby, Sarah, dan Gigi sebenarnya? Silakan menonton filmnya sampai selesai dan kamu pasti akan terkejut saat mengetahui jawabannya!
Image result for the neon demon


Menonton film The Neon Demon bagaikan menonton sebuah hasil karya seni kontemporer dalam bentuk audio visual. Sutradara Nicolas Winding Refn menyutradarai film ini dengan sangat indahnya seperti juga pada film-film lain yang pernah disutradarainya. Dia bukan hanya seorang sutradara tetapi juga seorang seniman. Sinematografi yang begitu memukau dapat kita lihat di film ini. Sang sutradara lebih dominan bermain dengan warna-warna cerah seperti warna merah, biru, dan ungu. Permainan warna yang kontras dan vivid serta intens menjadikan film ini bagaikan instalasi seni visual yang diperlihatkan kepada kita. Mungkin film ini tidak cocok ditonton oleh penderita epilepsi mengingat pada beberapa adegan diperlihatkan kilatan/kedipan cahaya yang sangat intens. Visualisasi yang sangat sempurna dari setiap adegan juga dapat kita lihat di film ini, sehingga para tokoh di film ini tidak perlu banyak melakukan dialog lagi. Walaupun banyak adegan sensual yang mengumbar keindahan dan lekuk tubuh di film ini, tetapi itu semua sesuai dengan tema film ini yaitu dunia modeling yang hanya mementingkan penampilan fisik belaka. Yang menarik juga adalah penggambaran adegan kekerasan yang tidak divisualisasikan secara langsung atau dengan kata lain dilakukan secara tersirat tetapi mampu membuat saya merasa merinding dan sedikit mual. Saya cukup terkejut saat mengetahui bahwa Nicolas Winding Refn adalah seorang yang buta warna serta menderita disleksia dan hal tersebut yang akhirnya membuat saya lebih mengagumi sang sutradara.




Audio, musik, suara, dan soundtrack yang digunakan di film ini juga bagaikan suatu karya seni modern yang diciptakan khusus untuk film ini. Kita sebagai penonton bagaikan dibawa ke alam lain. Lagu Waving Goodbye yang dibawakan oleh penyanyi Sia juga sangat cocok untuk soundtrack film ini. Credits title di film ini menjadi sangat indah ketika diiringi lagu tersebut dan mungkin menjadi credit title yang paling bagus dan paling indah di antara film-film Hollywood lainnya. Nuansa artistik sangat kental di film ini berkat audio dan visual yang indah. Sang sutradara berhasil bereksperimen dengan audio visual di film ini dengan sangat sempurna dan audio visual tersebut pun juga selaras dengan nuansa dan tema yang ada di film ini, yaitu dunia modeling dan fashion.

Image result for the neon demon

Kita juga bisa melihat dan merasakan di film ini bahwa segala sesuatunya tidak seperti yang kita lihat dari luar dan ini terkait dengan karakter dan penokohan serta visualisasi di film ini. Dapat kita lihat bahwa tokoh utama Jesse memiliki round character. Di awal cerita Jesse adalah seorang remaja yang lugu dan baik yang berubah seketika menjadi seorang yang sombong dan besar kepala seiring dengan karirnya yang menanjak. Tokoh Ruby juga diperlihatkan begitu perhatian terhadap tokoh Jesse di awal film dan ternyata berubah menjadi obsesi dan bahkan menjadi sangat mengerikan seiring dengan berjalannya alur cerita. Berikutnya ada juga tokoh pacar Jesse, Dean, yang divisualisasikan sebagai tokoh dengan raut wajah yang dingin dan terkesan jahat pada awal kemunculannya di film ini tetapi ternyata Dean adalah tokoh yang baik terhadap tokoh Jesse. Pada mulanya saya mengira Dean adalah tokoh antagonis di film ini dan ternyata dugaan saya salah. Kemudian ada juga tokoh fotografer Jack. Dia digambarkan memiliki raut wajah yang tidak ramah dan terkesan dingin. Dia digambarkan memanfaatkan dan memperlakukan Jesse sebagai objek pada adegan sesi pemotretan. Kita mungkin akan menganggap tokoh Jack sebagai predator yang mengambil keuntungan dari model-model muda yang masih lugu.

Akting dan penghayatan para pemain di film ini terlihat datar dan tidak ada yang menonjol. Mungkin dikarenakan naskah film yang terkesan biasa saja dan kurang menonjolkan ekspresi para pemainnya. Karena seperti yang saya sebutkan sebelumnya film ini ingin menunjukkan bahwa segala sesuatunya tidak seperti yang kita lihat dan dunia modeling itu hanya indah dari luarnya saja tetapi kosong, dangkal, jahat, dan kejam di dalamnya. Walaupun begitu akting Elle Fanning yang memerankan tokoh Jesse patut kita hargai karena aktingnya merupakan reaksi yang natural sebagai seorang remaja yang baru terjun ke dunia modeling di awal cerita film ini. Jena Malone yang memerankan tokoh Ruby juga patut kita acungi jempol karena berakting dengan berani di film ini. Akting Keanu Reeves yang berperan sebagai Hank juga bisa dibilang lumayan sebagai aktor yang memerankan tokoh berkarakter antagonis walaupun hanya muncul sebentar di film ini.



Reaksi beragam muncul terkait film ini, ada yang memuji dan ada yang mengkritiknya. Film ini dikritik karena terkesan hambar, tanpa makna, penuh dengan kepalsuan, dan terkesan memaksakan beberapa adegan untuk dimasukkan ke dalam cerita. Tetapi film ini juga dipuji karena audio visualnya yang memukau. Sutradara Nocolas Winding Refn sering berkomentar bahwa dia tidak membuat film untuk membuat penonton senang atau demi meraih rating tetapi dia membuat film untuk dikomentari oleh khalayak ramai, baik itu komentar positif atau negatif. Saya pribadi tidak memandang negatif dunia modeling dan saya menganggap The Neon Demon adalah film yang bagus dari segi audio visual yang dengan gamblang menggambarkan dunia modeling secara satir atau sarkasme dan film ini merupakan suatu mahakarya dari sang sutradara untuk kita para penontonnya.

Trailer:





Oleh Riko Wahyudi, 22 April 2019

Kamis, 04 April 2019

Review Film Starship Troopers





Berperang Melawan Serangga dalam Film Starship Troopers

Jika ada yang bertanya kepada saya, film tahun 1990-an apa yang paling berkesan? Sebagai pecinta film fiksi ilmiah atau sci-fi saya akan menjawab film yang berkesan adalah Starship Troopers. Ya, lagi-lagi film sci-fi akan dibahas kali ini. Bagi kalian generasi tahun 1990-an pasti mengetahui film epik ini. Film ini dibesut oleh sutradara terkenal asal Belanda, Paul Verhoeven, yang sebelumnya juga menyutradarai film seperti Total Recall dan Basic Instinct. Film ini diproduksi oleh Touchstone Pictures dan diedarkan oleh TriStar Pictures dan Buena Vista International. Film yang dirilis pada tahun 1997 ini diadaptasi dari sebuah novel yang berjudul sama karya Robert A. Heinlein.



Image result for starship troopers movie poster 1997

Film ini mengisahkan perjalanan tiga sahabat selepas mereka lulus sekolah SMU sampai dengan menjadi taruna militer dan berperang melawan mahluk asing. Mereka adalah John ‘Johny’ D. Rico, yang diperankan oleh aktor Casper Van Dien, yang juga membintangi film Tarzan and the Lost City dan Sleepy Hollow; Carmen Ibanez, yang diperankan oleh aktris Denise Richards, yang juga membintangi film Wild Things dan Undercover Brother; dan Carl Jenkins, yang diperankan oleh aktor Neil Patrick Harris, yang juga membintangi film Gone Girl dan menjadi cameo di film Harold & Kumar Go to White Castle dan Escape from Guantanamo Bay. Johny dan Carmen adalah sepasang kekasih dan Carl adalah sahabat mereka yang bersekolah di sekolah yang sama. Kemudian juga ada Dizzy Flores, yang dibintangi oleh aktris Dina Meyer, yang juga tampil dalam film Saw. Dia berperan sebagai teman sekelas mereka dan juga secara terang-terangan menyukai Johny walaupun Johny sudah memiliki pacar, yaitu Carmen. Juga ada sang guru, Jean Rasczak, yang diperankan oleh aktor Michael Ironside, yang juga bermain dalam film Top Gun dan The Machinist.

Dikisahkan pada abad ke-24 di masa depan, dunia diperintah oleh The Global Federation of Earth secara militeristik. Manusia sedang dalam keadaan berperang dengan mahluk asing berbentuk serangga yang disebut Bugs atau Arachnids dari tata surya Arachnid di ujung galaksi Bimasakti, tepatnya dari planet bernama Klendathu. Karena keadaan ini maka tatanan masyarakat dibagi menjadi dua; warga sipil (civilians) dan warga negara (citizens). Status citizens lebih tinggi dan memiliki hak yang lebih daripada civilians. Untuk mendapatkan status sebagai citizens, mereka harus masuk ke dalam militer dan berperang melawan para serangga untuk mendapatkan status tersebut. Carmen dan Carl mendaftar untuk menjadi kadet militer. Karena tidak ingin berpisah dengan Carmen, Johny pun ikut mendaftar walaupun bertentangan dengan kehendak orangtuanya yang menginginkannya untuk meneruskan kuliah di universitas. Karena nilai yang diperoleh Johny rendah, maka dia hanya bisa masuk ke Mobile Infantry (semacam pasukan infanteri darat), sedangkan Carmen lolos masuk ke sekolah pilot dan Carl lolos masuk ke sekolah intelejen militer. Ternyata Dizzy juga ikut mendaftar dan masuk ke Mobile Infantry bersama dengan Johny.

Related image

Di sekolah pilot, Carmen bertemu dengan Zander Barcalow, yang diperankan oleh Patrick Muldoon, dan akhirnya mereka saling menyukai. Dizzy pun juga semakin berani mendekati Johny di Mobile Infantry. Ketika dalam pelatihan militer, Johny dikeluarkan dan dihukum cambuk karena mengakibatkan tewasnya salah seorang rekannya ketika melakukan latihan militer. Nasib pun berubah seketika, ketika sebuah asteroid jatuh ke bumi menghantam kota kelahiran Johny, Buenos Aires, Argentina dan menewaskan jutaan orang termasuk orangtua Johny. Asteroid tersebut dikirim oleh mahluk serangga dari sistem bintang Arachnid. Johny pun bergabung kembali dengan militer untuk selanjutnya berperang melawan mahluk serangga. Johny dan pasukan Mobile Infantry diterjunkan ke planet Klendathu untuk menumpas para mahluk serangga. Tetapi mereka justru dikalahkan oleh mahluk tersebut dengan korban tewas di pihak Mobile Infantry mencapai ratusan ribu jiwa. Mahluk yang disebut Bugs ini ternyata banyak jenisnya, mulai dari serangga tentara sampai dengan serangga yang dapat mengeluarkan plasma untuk menjatuhkan/menghancurkan pesawat militer yang dikirim manusia ke planet tersebut. Sisa pasukan yang selamat ditarik kembali menuju stasiun luar angkasa terdekat. Di sana Carmen melihat nama Johny ada di antara daftar prajurit yang tewas. Para ilmuwan federasi beranggapan bahwa pasti ada serangga ‘pintar’ yang berperan sebagai pemimpin di planet Klendathu dan planet-planet sekitarnya karena mereka mampu mengirim asteroid ke bumi dari jauh dan juga mampu mengalahkan pasukan militer manusia yang menyerang mereka. Bagaimanakah kisah selanjutnya? Mampukah manusia mengalahkan mahluk serangga tersebut? Apakah sampai di situ akhir kisah Johny? Bagaimanakah nasib Carmen dan Carl? Silakan kamu menonton filmnya atau membaca novelnya.

Sutradara Paul Verhoeven menyutradarai film ini dengan ciamik. Tim yang menangani spesial efek dan CGI film ini juga patut diacungi jempol. Spesial efek dan CGI di film ini akan terlihat kurang nyata jika kita bandingkan dengan film-film sci-fi saat ini, tetapi spesial efek dan CGI di film ini begitu memukau dan sangat maju untuk zamannya, yaitu tahun 1990-an. Penggambaran mahluk serangga dengan berbagai jenisnya cukup membuat kita merasa takut dan jijik. Walaupun masih terlihat belum 'halus' dan masih ‘kasar’, tetapi penggambaran pesawat/kapal luar angkasa, stasiun luar angkasa, mahluk-mahluk serangga, dan planet-planet di film ini bisa dibilang lumayan bagus. Kemudian bagi kamu yang tidak tahan melihat banyaknya darah dan adegan-adegan kekerasan, sebaiknya tidak menonton film ini. Darah dan potongan-potongan tubuh manusia ‘menghiasi’ pemandangan di film ini. Mahluk-mahluk serangga dengan mudahnya ‘menyobek’ tubuh pasukan militer yang menyerbu mereka. Kamu pasti akan merasa ngilu dan mual. Film ini cukup sadis dan penuh dengan kekerasan!

Related image

Saya akan membahas cerita bagaimana pasukan Mobile Infantry dengan telak dikalahkan oleh mahluk-mahluk serangga di planet Klendathu pada serangan pertama dari sudut pandang saya. Penyerbuan tersebut membuktikan kurang matangnya persiapan dari federasi dan betapa memandang rendahnya manusia/federasi terhadap mahluk serangga dalam film ini. Jika ingin mengetahui kekuatan lawan, seharusnya pasukan militer federasi bisa mengirimkan pengintai nirawak terlebih dahulu, barulah kemudian mengirimkan drone untuk mengalahkan mahluk serangga tersebut, bukan pasukan militer manusia.

Cerita dasar di film ini bisa dibilang biasa saja, seperti pada film-film percintaan remaja pada umumnya. Sepasang kekasih yang harus berpisah karena masuk ke sekolah yang berbeda dan kemudian menemukan cinta baru di sekolah tersebut. Yang menjadikannya spesial adalah latar cerita tersebut berlangsung. Ya, dengan latar perang antar bintang dengan mahluk asing, menjadikan film ini menarik untuk disimak. Karakter dan penokohan di film ini bisa dibilang biasa saja, bahkan terkesan klise. Tokoh Johny dan Carmen yang digambarkan sebagai idola remaja di sekolahnya, baik semasa di SMU maupun ketika di sekolah militer. Johny dikenal sangat berbakat di bidang olahraga dan Carmen adalah gadis yang cantik dan berbakat. Mereka digambarkan sebagai pasangan serasi dan banyak yang iri terhadap mereka, salah satunya yaitu tokoh Dizzy, yang digambarkan sebagai tokoh yang tanpa malu ‘mengejar’ tokoh Johny. Tokoh Carl yang digambarkan sebagai kutu buku yang secara fisik kurang menarik tetapi memiliki kemampuan telepati. Kemudian tokoh Rasczak yang digambarkan sebagai guru dan seorang letnan pemimpin pasukan militer yang tegas. Akting para aktor dan aktris di film ini juga bisa dibilang biasa saja dan kurang menonjol.

Related image

Novel Starship Troopers kerap dituding sebagai propaganda militer yang mengagungkan paham fasisme. Nuansa militerisme yang kental juga dapat kita lihat dengan jelas di filmnya. Mulai dari pelatihan militer yang keras, hingga dimunculkannya video-video propaganda militer dapat kita lihat di film ini. Kemudian juga penggambaran citizens yang digambarkan sebagai kaum yang patriotik dan bukan pengecut seperti yang digambarkan untuk para civilians. Para penguasa dan pemimpin federasi di film ini mampu membangkitkan semangat militerisme di kalangan anak muda dengan menciptakan ‘musuh’ yang membahayakan umat manusia, yaitu serangga, untuk memuluskan keinginan mereka menguasai galaksi. Tidak ada demokrasi dan kepentingan individu yang digambarkan/dimunculkan di film ini, semua berdasarkan perintah militer. Tetapi sang penulis naskah, Edward Neumeier, dan sang sutradara, Paul Verhoeven, mampu mengubah nuansa yang ditampilkan dalam film ini menjadi semacam satire dan sarkasme dan bahkan seperti mengolok-olok paham militerisme dan fasisme.

Trailer:





Oleh Riko Wahyudi, 4 April 2019

2014 © Movieism
Designed By Templateism | Templatelib